Alhamdulillah, akhirnya setelah beberapa kemarin sudah bisa mencapai puncak kenikmatan (klimaks) Mt. Sindoro, pada hari Sabtu kemarin saya dan kawan-kawan dapat mencapai klimaks dari Mt. Sumbing yang tingginya 3371 mdpl. Kali ini saya akan menceritakan betapa seru dan susahnya untuk menaklukkan gunung Sumbing. Sudah tau gunung Sumbing kan? Itu adalah kembaran dari gunung Sindoro. Hehehe... Langsung saja, bagi yang tertarik dengan cerita saya, ini dia.
Jumat sore sekitar pukul 15.30 saya dan rombongan teman saya berangkat menuju Wonosobo dari Ungaran. Perjalanan dilakukan menggunakan sepeda motor. Total ada 5 sepeda motor dengan masing-masing motor terdiri dari 2 orang. Sebelum berangkat, sebagai mahasiswa penggila foto kami tak lupa mengabadikan awal keberangkatan kami dengan sebuah capture. Personil penakluk Sumbing kali ini adalah saya sendiri (Depid), Azis, Alfi, Abo, Hamid, Faishal, Lambang, Bachri, Yoga dan Yahya.
Persiapan Menuju Wonosobo (Dari Kiri: Yoga, Yahya, Azis, Hamid, Depid, Abo, Bachri, Alfi) |
Perjalanan dari Ungaran ke Wonosobo memakan waktu yang cukup lama. Selain jalanan yang macet, si Yahya yang berduaan dengan Faishal menunggangi motor Macan (
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, di waktu Maghrib kami sampai di Basecamp Pendakian Gunung Sumbing (3371 mdpl). Suhu lingkungan yang dingin mulai merasuk hingga ke tulang, apalagi ketika badan ini tersentuh oleh dinginnya air. Di basecamp pendakian gunung Sumbing, tak lupa kami melakukan foto-foto bersama (
Foto di Basecamp Pendakian Sumbing |
Pukul 22.00, kami bersiap melakukan pendakian gunung Sumbing. Tak lupa, do’a bersama untuk memohon perlindungan Alloh SWT kami lakukan dan foto pun kembali kami lakukan. Memang, sepertinya kami adalah pria pria hobby berfoto. Hahaha…
Sebelum melakukan pendakian Dari kiri - kana: Yoga, Alfi, Depid, Lambang, Bachri, Azis, Yahya, Abo, Faishal |
Perjalanan menuju Pos 1 cukup melelahkan. Kami harus melewati pemukiman warga terlebih dahulu dan perkebunan warga dengan jalan cukup menanjak. Rute yang kami ambil adalah jalur lama, dimana dengan pertimbangan jalur ini lebih cepat. Namun, ditengah perjalanan kami menemukan dua jalur bercabang. Kami pun mengambil lajur kanan. Setelah berjalan cukup jauh dan melewati sungai, kami kehabisan arah jalan. Ketika dibuka peta jalur pendakian, untuk rute jalan lama tidak melewati sungai. Dapat disimpulkan rombongan ini kesasar. Akhirnya kami memutar balik arah dan kembali ke jalan yang terdapat percabangan tadi dan mengambil jalur yang satunya (jalur kiri). Akhirnya memang jalur yang benar adalah jalur yang kiri tersebut. Berjalan agak lama sedikit, kami melakukan break karena kami cukup lelah menempuh jarak yang cukup jauh (akibat kesasar pula). Selesai break, kami melanjutkan perjalanan. Jalanan menuju pos 1 sangat lebar dan berupa makadam. Namun, sepanjang perjalanan tidak ada jalan yang landai, semuanya menanjak. Si Hamid sering sekali meminta break dikarenakan membawa tas yang besar. Kalian tau apa isi tas nya itu? Baju! Dia membawa banyak sekali baju. Entah apa yang ada dipikiran dia, naik gunung seperti mau piknik saja. Useless!! Pada akhirnya kami sampai di Pos 1 pada pukul 00.30. Perjalanan yang cukup jauh dan sangat lama. Tak lupa, saya mengabadikan diri di Pos 1 ini sebagai isi dari tulisan ini. Heheehe…
Pos 1 Km III |
Lanjut, perjalanan menuju Pos 2. Perjalanan menuju Pos 2 masih sama seperti Pos 1, jalan terus menanjak namun pada perjalanan ini lebar jalan sudah tidak selebar yang tadi. Jarak tempuh dari Pos 1 ke Pos 2 cukup jauh, hingga ditengah perjalanan si Yoga merasa sangat lelah dan tidak kuat membawa tasnya yang menurut saya itu tas kecil. Hehehe… Akhirnya tas milik Yoga dibawa oleh Abo. Keren sekali si Abo, dia membawa 2 buah tas, padahal rute perjalanan terus naik. Di belakang, Yoga yang ditemani Azis hampir putus asa. Dia bercerita kepada Azis bahwa dia sudah menyerah dan ingin kembali ke Pos 1 sendirian. Namun saya tidak tau pasti, kenapa dia bisa sampai puncak juga? Mungkin curhatan dia kepada Azis tidak digubris, sehingga dia lanjut mendaki gunung dalam keadaan yang cukup lemas dan pastinya ngempet. Kasihan sekali yaaa…. Finally, rombongan tiba di Pos 2 pada pukul 01.58. Di Pos 2 tersebut kembali kami melakukan rehat dan berfoto-foto lagi untuk mengabadikan diri. Hehehe…
Pos II Km IV |
Perjalanan lanjut ke Pos 3. Perjalanan menuju Pos 3 cukup melelahkan juga. Jalan yang semakin menanjak dan tentunya mata yang semakin berat membuat perjalanan ini serasa sangat berat. Hamid yang membawa tas besar akhirnya menyerah dan memilih membawa tas saya yang hanya berisikan 2 botol air mineral dan roti. Sedangkan tas milik Hamid dibawa oleh si Abo dan tas Abo yang besar itu dipindah tangankan kepada saya. Yoga yang awalnya tadi sudah mau mati, sekarang sudah mampu membawa tasnya sendiri. Satu setengah jam kami berjalan dari Pos 2 dan akhirnya kami sampai di Pos 3. Pukul 3.22 kami sudah sampai di Pos 3. Kami beristirahat sejenak di Pos 3 dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi menuju Pos 4.
Pos3 |
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin tinggi pula kami mendaki gunung Sumbing ini. Hingga kami dapat melihat indahnya langit dan gunung Sindoro dari gunung Sumbing ini di waktu fajar. Tak lupa, kami mengambil beberapa foto untuk mengabadikan diri bersama indahnya pemandangan di pagi itu. Suara adzan Subuh mulai terdengar, kamipun bergegas untuk istirahat dan melakukan sholat Subuh jama’ah. Selesai sholat berjama’ah kami melanjutkan perjalanan.
Foto menjelang Subuh |
Sekitar pukul 6.00 kami menemukan sebuah jalan yang dipenuhi oleh bebatuan besar dan melakukan istirahat di sana. Kami memsak dan kembali lagi melakukan foto-foto karena indahnya pemandangan yang memikat.
Pemandangan gunung Sindoro |
Samudra Awan |
Selesai mengisi perut, perjalanan kembali dilanjutkan. Untungnya, sepanjang perjalanan tadi langit sangat cerah sehingga perjalanan dapat dilakukan dengan lancar. Namun kelancaran ini sedikit ternodai dengan manjanya si Faishal ketika sampai dibeberapa titik pendakian tidak bisa mendaki. Alhasil dua kali saya mendorong dia dari belakang. Memang sepertinya anak itu masih sangat cupu untuk mendaki gunung, soalnya masih pertama kali.. (geleng-geleng kepala). Hehehe…
Kami sampai di Pos 4 sekitar pukul 7.29. Di sana kami mencari tempat untuk membuat tenda dan melakukan istirahat, sebab selama perjalanan kami belum tidur. Istirahat selama satu jam di Pos 4 kami gunakan untuk tidur dan mengisi perut lagi.
Pos 4 Km VI |
Setelah itu kami menuju summit attack! Kira-kira pukul 10.00 kami sampai di puncak Sumbing. Perjalanan ke puncak cukup melelahkan. Jalanan yang menanjak dan sangat panas (tidak seperti pendakian di Sindoro yang disepanjang jalan bertiup angin yang sangat dingin). Selain itu, 2 orang teman yaitu Yoga dan Bachri sedikit tertinggal di belakang dikarenakan mereka sedang meninggalkan jejak yang berbau di gunung Sumbing. Hehehehe…. Ada yang tau apa itu? Saya tidak berani bilang ah, karena itu melanggar peraturan. Hehehe…
Perjalanan Menuju Puncak |
Perjalanan Menuju Puncak |
Di puncak Sumbing terdapat kawah yang sudah tidak aktif. Kita dapat turun menuju kawah tersebut, dengan estimasi waktu PP sekitar satu jam. Tak lupa di Top of Sumbing kami berfoto-foto ria. Hehehe.. Cuaca di puncak Sumbing sangat panas. Sehingga kami menghabiskan 3 botol air mineral. Berbicara soal botol air minum, Saya, Azis, Abo, Yahya akhirnya membully menceramahi si Faishal yang tidak bisa nglonggoh minum menggunakan air mineral. Seperti anak kecil, dia minum dengan cara dikokop/dicucup. Pembullyan dilakuakn secara sadis, terutama oleh saudara Ahmad Nur Azis. Tapi dengan pembullyan tersebut, saya berharap semog teman saya tersebut tetap calm down dan bisa nglonggoh. Hehehe..
Puncak Mt. Sumbing (Puncak Buntu) 3371 mdpl |
Kawah Sumbing yang Sudah Non-Aktif |
Puas dipuncak, eh maksudnya puas membully, kami bergegas untuk turun gunung. Kami berjalan menuju basecamp pendakian Sumbing. Kami turun gunung dari Pos 4 sekitar pukul 12.51. Cuaca yang mulai mendung memaksa kami harus turun dengan cepat. Running adalah jalan satu-satunya. Namun si Faishal dan Hamid masih belum bisa menerapkan metode ini. Mereka kawalahan turun gunung dengan berlari. Sehingga di beberapa titik kami harus menunggu mereka berdua yang turun sangat lamban.
Perjalanan turun gunung yang kami lalui sangat berat. Pasalnya, hujan turun cukup deras. Meskipun hanya sesaat, hujan membuat trek menjadi sangat licin. Si Alfi beberapa kali terpeleset hingga kedua engkelnya mendapatkan injury. Namun dia tetap strong bisa turun gunung lebih awal dari pada saya. Si Azis yang nyeker, juga dapat turun gunung dengan cepat. Si Hamid yang turun gunung seperti keong tadi, ternyata dia mampu turun gunung dengan lancar bahkan cepat sekali. Si Yahya dan Bachri sudah tak terlihat oleh saya sejak awal, karena dibawah guyuran hujan dan kabut mereka dapat turun gunung dengan lancar. Rombongan terakhir adalah Saya, dilanjutkan Abo, Lambang, Yoga dan terakhir Faishal. Mungkin kalian akan berfikir, kenapa saya dan Abo yang cukup mahir dalam turun menuruni gunung dengan metode running berada pada rombongan terbelakang? Tanyakan saja pada
Akhirnya kami semua bertemu di Pos 1 kecuali Yahya dan Bachri. Di sana kami menunggu ojek agar bisa sampai di Basecamp dengan cepat. Saya kebagian ojek yang bepenumpang 3 orang (termasuk driver). Turunan yang mengerikan, guyuran hujan, dan motor dengan mesin yang menurut saya kurang meyakinkan (karena sempat mogok) membuat saya dan Alfi menjadi lemas. Sepanjang perjalanan, di dalam hati hanya berucap “Allohuakbar! Ya Alloh, muga-muga slamet”. Sensasi telon medeni bro.. Sesampai di basecamp, kami mandi dan ganti pakaian. Ternyata, tas Hamid yang berisi banyak baju tadi banyak manfaatnya. Si Azis dan Alfi akhirnya meminjam beberapa potong baju dan celana untuk menggantikan baju-baju mereka yang basah dan kotor terkena lumpur. Maaf Mid, saya berprasangka buruk di awal. Hehehe…
Mungkin itu saja cerita yang kurang berguna dan penuh ketidakteraturan kosa kata ini saya tuliskan. Terimakasih sudah sudi membaca, dan double terimakasih apabila kawan-kawan mau menanggapi cerita panjang yang mbulet ini. Sampai jumpa di puncak selanjutnya. Semoga di lain kesempatan kami bisa merasakan puncak kenikmatan SEMERU. Amin..
Berikut foto-foto indahnya pemandangan selama perjalanan pendakian gunung Sumbing:
perjuangan menuju puncak
ReplyDeletemantappp :)
Istimewa bang
Delete