Alhamdulillah akhirnya kali ini saya bisa menyempatkan diri untuk menulis di blog kesayangan ini. Hari ini saya akan menulis tentang perjalanan saya dan teman-teman saya ketika climbing ke Gunung Sindoro. Sebelumnya, ada yang sudah tau dimana Gunung Sindoro?
Gunung Sindoro berlokasi di sebelah barat laut Temanggung dan timur laut Wonosobo. Gunung ini bersebelahan dengan Gunung Sumbing hanya dipisahkan oleh jalan raya yang menghubungkan Parakan dengan Wonosobo. Dari kejauhan kedua gunung ini memang nampak seperti gunung kembar yang saling berdampingan.
Well, karena ini merupakan perjalanan yang begitu mengasyikkan saya akan bercerita sedikit mengenai pengalaman saya muncak di Gunung Sindoro.
Perjalanan dimulai dari Ungaran-Semarang, tepatnya rumah teman saya yang bernama Botak si Anak Gunung. Perjalanan menuju basecamp pendakian gunung Sindoro menggunakan sepeda motor. Total kami ada 5 buah sepeda motor dengan jumlah orang 10 orang. Perjalanan dari Ungaran ke basecamp memerlukan waktu 2,5 jam. Jalur yang kami gunakan adalah rute Semarang-Bawen-Magelang-Temanggung. Sesampainya di basecamp waktu tepat menunjukkan pukul 22.30 WIB. Sambil meregangkan otot sejenak, hujan kadang-kadang mengguyur daerah tersebut. Kami bersepuluh pun berharap-harap semoga pendakian nanti tepat pada kondisi langit sudah bersahabat.
Tepat pukul 23.00 kami sudah bersiap untuk melakukan pendakian gunung Sindoro. Sebelum melakukan perjalanan yang amat sangat berat itu (hehehe) sebagai anak HIMAGIPO kami mengambil beberapa jepret gambar untuk diabadikan sekaligus dipamerkan kepada teman-teman. Hahaha... Berikut salah satu foto kami sebelum mendaki Gunung Sindoro.
Foto di Basecamp Pendakian GunungSindoro Dari Kiri ke Kanan: Botak, Kakaknya Mas Bima, Azis, Mas Bima, Saya, Aris, Bachri, Rangga Picture by: Dias |
Setelah mengabadikan diri bersama-sama, kami mulai berdoa dan melakukan perjalanan. Sebagai pendaki pemula Saya sendiri, Aris, Rangga, Dias, Bachri dan Azis memakai jaket karena cuaca sangat dingin. Sementara Botak si Anak Gunung tidak memakai jaket. Mungkin pikir kami, "Opo ora adem kui Botak kok gak gawe jaket?". Sementara itu, si Dias emang dari awal sudah tidak memakai jaket, tau itu pikiran si anak gimana. Dibilangin suruh bawa air mineral 2 botol per anak saja, dia nggak bawa. Tau yang dibawa apa? Kertas satu rim. Mumet... mumet bocah kui!
Lanjut, perjalanan dimulai dari basecamp menuju Pos 1. Cuaca dingin setelah hujan, kerlipan bintang dan suara Dias yang cerewet menemani perjalanan kami menuju Pos 1. Perjalanan dari basecamp menuju Pos 1 masih sangat mudah. Jalan masih lebar dan cukup landai.
Sesampainya di Pos 1, kami istirahat (break) dan meregangkan otot sejenak. Ternyata, perjalanan tersebut cukup melelahkan karena jauhnya jarak dari basecamp menuju Pos 1, alhasil keringat dari tubuh saya pun bercucuran. Bener ternyata kata si Botak, mendingan nggak pakai Jaket, tapi pakai baju lengan panjang. Alhasil, jaket saya lepas dan perjalanan saya tinggal memakai celana pendek dan kaos Oblong.
Setelah 10 menit di Pos 1, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2. Sepanjang perjalanan ternyata cuaca dingin serasa tertutup oleh lelahnya perjalanan kami, karena rute mulai sedikit menanjak, melewati tepi jurang yang tidak curam, mbrobosi pohon yang tumbang dkk. Satu moment penting dalam perjalanan ini adalah si Azis yang memakai sandal gunung pinjaman, ditengah perjalanan mengalami insiden. Sandal pedot, dan diapun kembali memakai sandal jepit swallow untuk melakukan pendakian (Gedeg-gedeg mas). Sementara itu si Aris yang berangkat dari basecamp memakai kerudung seperti mbak-mbak penjual buah, juga sudah melepaskan atributnya tersebut karena memang gerahnya badan ketika mendaki.
Perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 ini cukup lama. Si Bachri sering meminta break untuk melakukan istirahat sejenak dan membuka snacknya tiap kali break (Seperti anak TK). Perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2 ini memakan waktu cukup lama. Sesampainya di Pos 2 kami juga melakukan peregangan otot-otot kaki kami.
Beberapa saat kemudian, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3. Perjalanan menuju Pos 3 mulai semakin berat. Jalan bebatuan yang menanjak, serta besarnya tiupan angin menjadikan perjalanan agak lama. Fisik mulai bertempur untuk mengalahkan sulitnya medan dan cuaca dingin. Namun, dengan penuh perjuangan kami bersepuluh bisa sampai di Pos 3. Tepat pukul 03.30 kami sampai di Pos 3. Di sekeliling Pos 3 ada beberapa tenda-tenda para pendaki. Karena angin yang bertiup semakin kencang, dinginnya juga menusuk hingga ke tulang, akhirnya kami memutuskan untuk ngecamp di Pos 3 ini. Kami bersepuluh bergotong royong mendirikan tenda. Hanya 6 orang yang dapat masuk ke dalam tenda. Sementara itu, 4 (Botak, Abdul, Rangga dan saya) orang lainnya harus rela tidak tidur di dalam tenda. Botak entah kemana perginya orang itu, sementara saya, Rangga dan Abdul kebetulan membawa sleeping bag. Akhirnya kami membuka sebuah matras dan tidur diluar menggunakan sleeping bag. Meskipun sudah memakai sleeping bag, rasa dingin seakan masih terus mengikat tangan dan kaki kami. Serasa mati rasa di dalam sleeping bag.
Hanya satu jam kami bersembilan tidur (Botak strong, ora turu). Pukul 04.30 kami semua bersiap menyambut mentari pagi dari Pos 3. Tak lupa, kami mengabadikan foto sun-rise yang cukup bagus. Something show up behind Sumbing Sindoro. Hehehe....
Foto Sunrise di Pos 3, seluet: Depid Prasetyo (Saya) Picture by: Bachri |
Pemandangan langit yang sangat indah. Setelah menikmati sunrise, kami memasak untuk mengisi tenaga kami. Hanya mie instant, bakso dan sosis yang kami masak. Meskipun makanan instant dan banyak debu yang masuk ke masakannya Dias, semoga makanan itu tidak membuat kami mati. Hehe...
Pos 3 Pendakian Gunung Sindoro |
Tepat pukul 06.30 kami semua melanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Trek mulai menanjak dengan sangat tajam dan menurut saya trek tersebut bukanlah jalan manusia, melainkan jalan air apabila hujan. Benar-benar menguras banyak tenaga. Dengan keadaan jalan yang sangat berat, kami melakukan break berulang-ulang. Hingga sampai saat ini, naungan "Brek! Break! Break!" seakan masih terdengar sangat lantang dan lucu. Hehehe...
Seiring naiknya matahari, perjalanan kami pun semakin jauh dan semakin berat. Hingga saya dan Dias memimpin perjalanan pendakian dengan selisih jarak yang jauh dengan teman-teman. Perjalanan menuju Pos 4 sangat-sangat melelahkan. Himbauan dari saya, bawalah minum yang banyak dan siapkan fisik yang benar-benar fit. Pasalnya, pada saat itu Rangga mengalami sedikit trobel. Dia merasa mual dan wajahnya sangat pucat. Sepanjang perjalanan kami merasa di PHP dengan Puncak Gunung Sindoro yang hanya bertinggi 3150mdpl. Perjalanan sangat berat dan kaki mulai berat untuk melakukan perjalanan. Dan jangan lupa untuk membawa kamera untuk bernarsis ria sepanjang perjalanan.
Perjalanan menuju Pos 4 Dari Atas-Bawah: Aris, Azis Dias Picture by: Depid (Me) |
Setelah beberapa jam berjalan, akhirnya saya dan Dias menemukan Pos 4. Namun cuaca di Pos 4 sangat terik matahari, sehingga kami berdua melanjutkan perjalanan menuju Top of Sindoro Mountain. Sementara itu, saya kurang tau bagaimana kabar teman-teman yang ada dibelakang, jarak antara mereka dan kami sangat jauh. Bahkan, setelah pendakian mereka bercerita kalau saat break, mereka sampai ketiduran juga. Betapa capeknya ternyata badan mereka. Selama perjalanan, pohon lamtoro masih terus menemani perjalanan kami. Hingga dalam fikiran saya, "Kapan Puncaknya? Bunga Edelweis aja belum terlihat sama sekali."
Perjalanan terus kami lakukan... SKIP SKIP SKIP, akhirnya pukul 9.45 saya dan Dias sampai di puncak Gunung Sindoro. Kawah yang bergemuruh dengan bau belerang yang menyengat menemani pemandangan indah kami berdua di puncak Sindoro. Cie cie... romantis sekali. Ingat Pasal 9! Pukul 10.00 teman-teman mulai berdatangan, dari Azis, Botak, dan Rangga yang pikir saya dia akan patah arah menuju puncak. Hehe.. Di puncak kami melakukan istirahat sejenak dan tentunya kami mengambil beberapa gambar dari kamera serta HP untuk kami abadikan. Total perjalanan kami dari Pos 3 menuju Top of Sindoro adalah 3,5 jam. Sungguh perjalanan yang sangat luar biasa dengan orang-orang yang sangat menyenangkan. Si Botak yang pro soal muncak memuncak, Aris yang seperti tukang penjual buah, Azis yang sangat handal menggunakan sandal jepit swallownya, Bachri (Ahok) yang seperti anak TK nya (Brek! Break! Break!), Rangga yang tetap semangat, Dias yang cerewet, Mas Bima yang tak patah arah, Mas Abdul yang bisa mengalahkan capeknya, dan yang lain.
Mungkin itu sedikit cerita yang tak berkualitas ini saya tuliskan mengenai perjalanan saya dan teman-teman saya menuju Top of Sindoro. Next trip Gunung Sumbing. Semoga terealisasi. 14-15 November 2014.
Kawah Sindoro |
Pemandangan Gunung Sumbing dari Puncak Sindoro |
Summit Attcak! Kami ada di sini |
Puncak! Puncak! Puncak Depan-Belakang: Rangga, Depid, Aris, Dias, Azis, Botak |
Puncak Sindoro 3150mdpl Kiri-Kanan: Bachri/Ahok, Aris, Rangga, Azis |
3150mdpl Kiri-Kanan: Depid, Botak, Rangga, Aris, Azis |
0 comments:
Post a Comment
Jika ada yang masih kurang jelas, silahkan untuk bertanya pada kolom komentar di atas atau dengan menghubungi saya di halaman kontak.
1. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi komentar.
2. Semua komentar dengan menambahkan link akan dihapus dan tidak ditindaklanjuti