Indonesia khususnya pulau Jawa dalam kurun waktu 4 hari ini sangat ramai diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia dan media-media televisi. Bukan tentang prestasi, melainkan mengenai insiden hilangnya sebagian energi listrik di provinsi Jawa Barat, terutama di Ibukota Indonesia DKI Jakarta.
Black out adalah keadaan dimana hilangnya seluruh sumber tenaga pada suatu sistem tenaga listrik dan ini merupakan istilah yang cukup tepat disematkan dalam kejadian hari Minggu, 4 Agustus 2019.
Sebenarnya saya sangat menyayangkan beberapa netizen dan terutama pejabat negara yang menggembor-gemborkan berita ini ke arah yang negatif dimana sepperti perlunya back up power hingga menyuarakan untuk mencopot Direksi PT. PLN (Persero) yang baru diangkat dua hari sebelum kejadian black out ini terjadi. Kenapa? Mungkin akan saya jelaskan menurut perspektif saya seperti berikut.
Secara ketenagalistrikan Jawa-Madura-Bali saat ini adalah surplus, dimana cadangan energi listrik lebih besar dari pada kebutuhan energi listrik. Black out di DKI, Banten dan sebagian Jawa Barat terjadi pada saat beban rendah. Dimana saat beban rendah ini PLN juga sudah merencanakan untuk melakukan maintenance di beberapa transmisi 500kV. Nggak ada hubungan sama perlunya back up power. Masalahnya terjadi trouble di fungsi penyaluran di tegangan ekstra tinggi. Secara probablitas, dengan double circuit SUTET 500 kV Ungaran - Semarang "trip" itu 0.0001% terjadinya.
Apesnya transmisi 500 kV di Ungaran Semarang off pukul 11.27 WIB karena hilang beban. Akibatnya terjadi over speed di unit-unit pembangkit yg beroperasi saat itu di kawasan Jawa bagian barat sehingga semua trip. Karena beban rendah tidak semua unit pembangkit beroperasi.
Pada saat beban rendah (biasanya hari-hari libur seperti hari Minggu), pasokan dari PLTU Paiton dan unit-unit PLTU "murah" lainnya dari Jawa bagian Timur cukup untuk memasok kebutuhan Jawa-Madura-Bali.
Recovery dilakukan dgn menghidupkan unit-unit pembangkit di daerah Jawa bagian barat (PLTU Suralaya, PLTGU Muara Karang, PLTGU Tj Priok dsb). Itulah mengapa membutuhkan waktu cukup lama dalam proses recovery ini. Pasalnya pembangkit-pembangkit besar tidak akan bisa menopang PS mereka sendiri untuk proses startup, sehingga dibutuhkan backfeeding yang mana line charging jaringan hanya dapat dilakukan oleh PLTA dan beberapa pembangkit yang mampu self-start.
Secara resmi pihak PLN juga mengonfirmasi kronologi ini di acara ILC oleh Dirut PLN Ibu Sripeni Inten Cahyani dan juga melalui media sosial PLN sebagaimana berikut.
Secara subjektif, saya meyakini bahwa kejadian di atas merupakan sebuah musibah. Tidak ada kaitannya bahwa kejadian di atas merupakan peristiwa yang disengaja untuk menguragi polusi di Jakarta. Sungguh ketika mengetahui di twitter ada yang menyangkut-pautkan hal ini dengan polusi di Jakarta, betapa jahatnya orang yang berkicau hingga di retweet oleh ratusan ini. Pasalnya kalau kita melihat sisi lain, hari Minggu kenapa polusinya tidak seperti hari biasa? ya karena hari tersebut adalah hari libur, volume kendaraan masyarakat yang wira-wiri juga beda dong. Pasti ngefek juga dong dengan kondisi lingkungan!
Beberapa hari berselang, ada berita yang menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi karena pohon Sengon yang terkena induksi listrk, sehingga membuat korsleting sistem 500kV. Menurut saya masuk akal sekali, namun beberapa politikus dan netizen bilang aneh. Padahal apabila mereka mengetahui jarak aman dari kabel 500kV adalah 3m minimal dari sekeliling pusat kabel. Wajar hal ini terjadi.
Ketika kewajaran penyebab peristiwa ini disebabkan oleh pohon Sengon, muncul kembali komentar aneh, bilangnya "PLN nggak kerja, masak pohon tumbuh setinggi itu nggak di tebang" bahkan ada yang bilang "Harusnya dirut mundur atau perlu diganti". Jujur, sebenernya dimana sih pemikiran orang-orang ini? Kalian orang pinter kan?
Pertama, yang bilang PLN nggak kerja itu menurut saya subjektif nggak betul ya. Sebetulnya PLN selalu rutin melakukan inspeksi dan apabila menemukan pohon atau tumbuhan milik warga yang akan mendekati jaringan transmisi PLN, PLN akan melakukan ROW dan penggantian pohon tersebut, sehingga PLN aman, listrik tersuplai aman, orang yang pohonnya diteang pun mendapat ganti rugi. Namun masalahnya di sini datang, karena mengetahui regulasinya seperti itu, banyak sabotase atau ada saja orang jahat yang mencoba mengambil keuntungan dari kondisi ini. Makanya mungkin dari sisi penegak hukum mulai ambil bagian untuk memproses secara hukum oknum-oknum yang secara sengaja memanfaatkan kondisi ini.
Kedua, yang bilang dirut harus mundur atau diganti itu menurut saya salah sekali. Ketika kita tahu penyebab dan kronologi recovery sistem listrik ini, dan bisa mengatakan bahwa ini merupakan sebuah musibah (dimana minimalisasi risiko sudah dilakukan), kenapa harus mundur atau diganti? Menurut saya, orang yang mempunyai jiwa leadership yang bagus, tidak akan mundur dikala perusahaan sedang mengalami musibah, justru dia akan bertanggung jawab penuh hingga kondisi normal dan menantang diri untuk lebih bekerja lebih baik kedepannya. Jadi untuk apa mundur? Saya kira pola pikir kita saat ini sangat pendek, dikit-dikit mundur, dikit-dikit pecat. Kita perlu berpikir jernih dan berpikir positif.
Bapak Renald Khasali pun berkata:
But ....
When the lights off, leadership shine...
Pada saat listrik padam kemarin, manusia memancarkan personality dan leadershipnya...
Apakah dia pengeluh atau sosok yg tangguh...
Antara yg well prepared dengan yang ignorant...
Antara pengutuk kegelapan dengan pemantik cahaya...
Sungguh, pada saat itulah tampak mana yg mudah panik dan mana yg tenang
Antara si pesimis dan si optimis...
Antara orang yg cocok menjadi penyebar kedukaan atau pewarta ketenangan...
Juga tampak mana yg berwatak nyinyir dan mana yg lurus...
Saat gelap, rekaman masa kecil kita berbicara...
When the lights off... Leadership talks...
Jadi Anda yang berkomentar atau menanggapi kejadian black out ini termasuk kelompok yang mana? PLN dalam hal ini meminta maaf kepada masyarakat, dan berharap ada feed back yang baik. Segala upaya yang terbaik bagi masyarakat dilakukan oleh PLN salah satunya dengan memberikan kompensasi atas peristiwa ini sebagaimana informasi resmi dari PLN berikut.
Semoga kejadian ini tidak memecah belah kepercayaan diantara kita, namun dapat menjadi cambuk untuk menjadi lebih peduli diantara sesama. Semoga PLN kedepannya akan menjadi perusahaan yang lebih baik dan masyarakat Indonesia juga menjadi insan-insan yang berpikiran positif dan dewasa.
"Orang yang optimis bukan berarti menjalani hidup tanpa kesulitan, mereka tetap menghadapi masalah, tantangan, hambatan, namun itu tidak menghalangi langkahnya, justru itu sebagai kesempatan."
#TerimakasihPLN
#PLNKuat
#EnergiOptimisme
#ListrikuntukSemua
"Orang yang optimis bukan berarti menjalani hidup tanpa kesulitan, mereka tetap menghadapi masalah, tantangan, hambatan, namun itu tidak menghalangi langkahnya, justru itu sebagai kesempatan."
#TerimakasihPLN
#PLNKuat
#EnergiOptimisme
#ListrikuntukSemua
Terima kasih
Karena pernah mengalami kondisi seperti ini di daerah yang saya tempati saat ini, saya tahu betul betapa repotnya engineer-engineer PLN yang berada di lapangan, baik di pembangkit, transmisi, gardu induk, hingga pengatur beban. Apabila jaringan listrik sudah normal, mereka lantas tak bisa bersantai-santai. Setiap bagian PLN bersama-sama akan melakukan investigasi terkait kondisi ini dan mendiskusikan langkah selanjutnya guna mewujudkan sistem ketenagalistrikan yang lebih handal. Terima kasih kawan-kawan engineer, saya tau kalian lelah, semoga menjadi ladang ibadah kalian. Aamiin
0 comments:
Post a Comment
Jika ada yang masih kurang jelas, silahkan untuk bertanya pada kolom komentar di atas atau dengan menghubungi saya di halaman kontak.
1. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi komentar.
2. Semua komentar dengan menambahkan link akan dihapus dan tidak ditindaklanjuti