Analisis Novel - Novel dengan judul Titian Nabi adalah novel karya Muhammad Masykur A. R. Said. Novel ini menurut saya sangat bagus sekali dan mempunyai amanat yang sangat bagus. Saat SMA dulu kebetulan ada tugas Analisis Novel, maka dari itu saya akan share Analisis Novel Titian Nabi karya Muhammad Masykur A. R. Said.
SINOPSIS
Karya Muhammad Masykur A. R. Said
Seorang
anak perempuan, yang sangat taat kepada orang tuanya, serta kuat pendirian
imannya. Dia adalah Zahratul Jamilah, yang biasa dipanggil Zahra. Meskipun dia
mengalami cacat pada jarinya, dia adalah wanita yang sangat cantik. Usianya
masih lima belas tahun.
Suatu
ketika, saat Zahra mendatangi acara seminar yang diadakan oleh Ikatan Alumni
DII (IADI), Soppeng, yang bertempat di Gedung Peetemuan Masyarakat Soppeng, di
kawasan lapangan Gasis. Zahra tidak sendiri, dia di temani oleh temannya,
sekaligus teman kepercayaan ibu Zahra, Nafisah, yang bernama Aisyah. Ketika
seminar akan berlangsung, tiba-tiba muncullah seorang lelaki gagah. Dia adalah
Fauzan Attar. Aisyah kemudian dengan segera berdiri dan memperkenalkan pemuda
tersebut kepada Zahra. Fauzan Attar adalah satu-satunya pemuda Soppeng yang
lolos seleksi beasiswa tahun ini untuk melanjutkan studi ke Universitas
al-Azhar di Kairo, Mesir, sebagai utusan Departemen Agama.
Setelah
seminar selesai, Aisyah mengajak Zahra untuk pergi ke Panorama. Aisyah mengajak
Zahra kesana sebab Attar-lah yang meminta. Setelah sampai di Panorama, mereka
ngobrol-ngobrol. Di sanalah, timbul perasaan cinta antara Zahra dan Attar. Saat
pulang menuju rumah, hujan turun sangat deras. Zahra yang saat itu melewati
sebuah pasar, karena terburu-buru pulang, dia lari sekencang-kencangnya. Hingga
suatu ketika dia menabrak seorang perempuan, lalu dimakinya dia. Namun Zahra
tetap tegar, dia segera meminta maaf kepada perempuan tersebut.
Seiring
berjalannya waktu, hubungan Zahra dengan Attar semakin dekat. Hingga suatu
ketika, secara tidak sengaja, di Taman Kota, tempat biasa Aisyah menulis
cerita, mereka saling menerima cinta mereka satu sama lain. ini bermula dari
surat Attar yang menyatakan cinta kepada Zahra, yang meminta Zahra untuk datang
ke Taman Kota apabila dia menerima cinta dari Attar. Namun surat tersebut belum
dibaca oleh Zahra, dan secara kebetulan, sore itu, Zahra pergi ke Taman Kota.
Setelah
hari itu, kedua insan itu seperti di mabuk cinta. Hari-harinya terasa sangat
menyenangkan. Hubungan mereka pun semakin dekat, hingga orang tua Zahrapun
mengetahui hubungan mereka. Suatu ketika, Attar mengajak Zahra dan kedua
temannya, yaitu Aisyah dan kakaknya Malik, ke suatu tempat rekreasi, yaitu
Pemandian Ompo. Di sana mereka menghabiskan waktu dengan bersenang-senang,
hingga suatu ketika Attar meminta Zahra untuk duduk di sampingnya. Saat itu
juga, Attar berkata bahwa dia akan segera berangkat ke Jakarta, dan kemudian ke
Mesir untuk mengikuti studi di Universitas al-Azhar melalui beasiswa yang
didapatnya.
Hari
yang dinanti Attar tiba, yakni pergi ke Jakarta yang kemudian akan dilanjutkan
pergi ke Mesir. Tak lupa, Attar berpamitan ke rumah Zahra. Selain Attar, ada
seorang pemuda yang berangkat ke Mesir. Namun pemuda itu berangkat melalui
jalur mandiri. Dia adalah Malik, kaka dari Aisyah yang sekaligus teman baik
Attar.
Dalam
menuju ke tanah impian, Mesir, Attar mengalami banyak rintangan. Rintangan
terbesarnya adalah ketika dia sudah berada di Jakarta, Departemen Agama
mencoret nama Attar dari data mahasiswa yang akan diberangkatkan ke Mesir
melalui jalur beasiswa tersebut. Attar pun sangat kebingungan. Untungnya, salah
satu temannya, Malik, adalah seorang teman yang baik. Dia kemudian membantu
Attar agar tetap bisa berangkat ke Mesir. Akhirnya, dengan segala upaya yang
telah dilakukan, hingga terjadi sebuah momen di Pasar Tanah Abang yang hamper
saja melayangkan nyawa keduanya, mereka bisa berangkat juga ke Mesir. Dalam
perjalanannya berangkat ke Mesir, mereka bertemu dengan Malik, orang Mesir yang
banyak membantu keduanya saat akan berangkat serta saat mereka tiba di Mesir.
Saat
di Mesir, Attar dan Malik mengalami banyak sekali rintangan. Bahkan
rintangan-rintangan tersebut datang berturut-turut, hingga suatu ketika mereka
berdua kehabisan bahan makanan, dan badan keduanya pun Nampak sangat kurus
kerontang. Di sisi lain, Zahra yang ditinggal oleh Attar ke Mesir, menjadi anak
yang suka melamun. Namun Zahra beruntung mempunyai teman dekat seperti Aisyah,
karena Aisyah, Zahra kembali dapat memperbaiki pola hidupnya yang suka melamun
tersebut semenjak ditinggal oleh Attar.
Bertahun-tahun
Attar dan Zahra telah berpisah, hingga pada waktunya Attar pun pulang ke
Indonesia kembali. Kedatangan Attar disambut gembira oleh keluarga besar Attar
dan juga oleh kekasihnya, Zahra. Attar mendapatkan banyak pengalaman sepulang
dari Mesir. Semua kejadian di Mesir yang Zahra tidak diberi tahuinya, akhirnhya
Attar menceritakan kepada Zahra. Zahra hanya diam dan menjatuhkan peluh saat
Attar menceritakan secara detail kisahnya di Mesir.
Suatu
ketika, Attar singgah ke rumah Zahra, guna mencari restu dari ayah Zahra
tentang hubungan cintanya dengan Zahra. Kedatangan Attar disambut dengan baik.
Ayah Zahra pun menyetujui hubungan mereka. Beberapa hari berikutnya, saat
giliran Zahra dan Aisyah singgah ke rumah Attar, ada masalah besar. Awalnya
orang tua Attar menyambut kedatangan mereka dengan baik. Perbincangan mengenai
hubungan Attar dan Zahrapun mendapatkan titik terang. Namun, tiba-tiba datang
seorang wanita yang langsung membuat susasana menjadi memanas. Wanita tersebut
adalah Tante Attar yang juga orang tua angkat Attar. Dialah orang yang
membiayai semua pendidikan Attar. Alasan wanita tersebut menolak Attar
dinikahkan dengan Zahra tak lain karena Zahra adalah wanita yang cacat, selain
itu, wanita tersebut teringat kejadian di pasar saat hujan turun, ditabraknya
dia oleh Zahra. Seketika, Zahra lari pulang ketika wanita itu memaki-maki
Zahra. Perasaannya hancur. Attar pun merasa sangat bersalah. Dia kemudian
memilih pergi dari rumah.
Setelah
kejadian tersebut, Zahra tidak mau keluar dari kamarnya. Dia jarang sekali
makan. Badannya lemah lunglai, serta diapun mudah sekali terjangkit penyakit.
Di sisi lain, Attar memilih untuk pergi ke Palestina, menjadi seorang relawan
asal Indonesia sebagai angkatan bersenjata di Palestina. Mereka terpisah sangat
jauh. Zahra bahkan sudah tidak mau lagi mendengar kata-kata Fauzan Attar,
meskipun dia masih menyimpan perasaan sayangnya kepada lelaki tersebut.
Hari
demi hari telah berlalu. Hingga suatu ketika Zahra dan Ibunya memutuskan
berangkat berhaji di Tanah Suci, Makkah, Sudi Arabia. Ketika itu kondisi Zahra
lemas. Dia bagaikan bunga yang sudah layu. Namun pendiriannya kuat untuk
berhaji. Akhirnya, Zahrapun berangkat juga berhaji ke Makkah. Di Makkah,
kondisi Zahra sempat drop. Di sana dia bertemu dengan Malik, teman dekat Fauzan
Attar. Kemudian Malik memberikan secarik kertas yang akan dia berikan kepada
Zahra jika Attar sudah tidak menghubunginya (Malik) dalam kurun waktu 5 bulan.
Zahra pun membuka surat tersebut dengan berat, dan ternyata isi surat tersebut
wasiat dari Attar yang mengabarkan kalau dia sudah tiada. Spontan, Zahra
menjerit seraya tidak percaya dengan kabar yang telah ada. Kondisinya semakin
memburuk, dan pada akhirnya Zahra dinyatakan meninggal.
Sementara itu, ternyata Fauzan Attar masih
hidup. Dia mendapatkan kabar semua tentang Zahra melalui temannya Malik, hingga
kabar duka itu. Sebenarnya Attar saat itu tidak mengirim kabar kepada Malik
dikarenakan Attar mengalami koma selama lima bulan karena terkena tembakan.
Sekarang Attar telah menikah dengan Aisyah.
IDENTITAS
BUKU
Ø
Judul
Buku : Titian Nabi
Ø
Pengarang : Muhammad Masykur A. R. Said
Ø
Tahun
Terbit : 2011
Ø
Kota
Terbit : Jogjakarta
Ø
Tebal
Buku : 418 halaman
1.
TEMA
Kisah cinta antara dua
insan ilahi yang mengikat cintanya dalam tiang agama, namun cinta itu seakan
sirna ketika tidak adanya restu dari salah seorang wanita dalam keluarganya.
2.
TOKOH
A. PERAN
ü
Tokoh Utama
1.
Zahratul
Jamilah (Zahra)
2.
Fauzan
Attar
ü
Tokoh Pendukung
1.
Aisyah
2.
Nafisah
(Ibu Zahra)
3.
Ayah
Zahra (Mallawang)
4.
Malik
5.
Tante
Attar
6.
Ibu
Attar
7.
Sulaiman
8.
Khalid
9.
Udin
10. Abdul Razak
B. KARAKTER
ü
Protagonis
1.
Zahratul
Jamilah
2.
Fauzan
Attar
3.
Aisyah
4.
Nafisah
(Ibu Zahra)
5.
Ayah
Zahra (Mallawang)
6.
Malik
7.
Ibu
Attar
8.
Khalid
9.
Udin
ü
Antagonis
1.
Tante
Attar
2.
Sulaiman
3.
PENOKOHAN
1.
Zahra : Wanita yang tegar dan sholihah
2.
Attar : Lelaki bijaksana, pintar, dan sholeh
3.
Aisyah : Wanita yang setia kepada temannya
4.
Malik : Lelaki yang setia kepada temannya
5.
Nafisah : Ibu yang sabar
6.
Mallawang : Bapak yang sabar
7.
Khalid : Ringan tangan
8.
Udin : Ringan tangan
9.
Tante
: Menangan sendiri
10. Sulaiman :
Pemalas, pembohong
11. Ibu Attar : Orang yang lemah lembut
4.
WATAK
1.
Zahra
ü
Pemalu
Bukti dalam
novel: Zahra menjadi salah tingkah karenanya, apalagi ketika bola mata Zahra
menyentuh bola mata pemuda tersebut.
ü
Perhatian
Bukti dalam
novel: Zahra sering sekali mengirim surat kepada Attar, dan dia selalu
menghimbau Attar untuk selalu menjaga kesehatannya.
ü
Shalih
Bukti dalam
novel: dia selalu berdoa, agar dijauhkan dari dosa-dosa kecil yang dapat
menodai perasaannya,…
ü
Penyayang
Bukti dalam
novel: ..dengan gembira sambil mencium pipi ibunya dengan lembut.
2.
Attar
ü
Pintar
Bukti dalam
novel: dia adalah seorang pemuda Soppeng yang lolos seleksi beasiswa tahun ini
untuk berangkat melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir
ü
Pantang
menyerah
Bikti dalam
novel: Walaupun dalam kondisi yang serba kekurangan di Kairo, Attar terus
berjuang untuk tetap bisa bertahan hidup guna menuntut ilmu di Universitas
al-Azhar
ü
Sholeh
Bukti dalam
novel: setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, dia lalu mengangkat tangannya
tinggi-tinggi, berdoa dengan khusyuk kepada Allah.
3.
Aisyah
ü
Setia
Kawan
Bukti dalam
novel: Aisyah selalu ada di saat Zahra sedang mendapatkan masalah
ü
Baik
Bukti dalam
novel: …jadi jalan satu-satunya apabila ibunya rindu kepada Zahra, menelepon
lewat Aisyah
ü
Dapat
dipercaya
Bukti dalam
novel: jika Zahra ingin pergi ke suatu tempat yang jauh, sang ibu terkadang
melarang. Tapi, jika bersama Aisyah, Nafisah selalu membolehkannya,..
ü
Ramah
Bukti dalam
novel: Aisyah lalu berdiri memperkenalkan pemuda tersebut sebagai Fauzan Attar.
4.
Malik
ü
Penuh
perhitungan
Bukti dalam
novel: Malik sudah memperhitungkan lelaki di hadapannya, tinggi dan jangkauan
tangannya pun sudah Malik ukur.
ü
Baik
hati, suka menolong, dan setia kawan
Bukti dalam novel:
Dia percaya dengan sebuah persahabatan, dan keyakinannya bertambah kuat lagi
setelah menyaksikan ketulusan Malik di depan matanya. “Terimakasih, kamu
sahabat yang tiada duanya,”
5.
Nafisah
ü
Perhatian
Bukti dalam
novel: “Kalau begitu, hati-hati di jalan ya nak! Belajarlah agar kepulanganmu
nanti membawa hasil.”
6.
Ayah
Zahra (Mallawang)
ü
Perhatian
Bukti dalam novel: Mallawang sudah pergi mencari dokter setelah terlebih dahulu menghubungi Ustadz Muzakkir
Bukti dalam novel: Mallawang sudah pergi mencari dokter setelah terlebih dahulu menghubungi Ustadz Muzakkir
ü
Baik
dan lembut
Bukti dalam
novel: Mallawang hanya tersenyum sambil mengelus lembut kepala Zahra dan
mencium keningnya..
7.
Khalid
ü
Baik
hati
Bukti dalam
novel: Khalid menyimak kisah Attar dengan wajah penuh rasa iba. Sesekali dia
mengucapkan kalimat simpati. Setelah Attar mengakhiri kisahnya, dia lalu
berkata, “Saya akan membantu kalian, dan saya wajib melakukannya.”
8.
Udin
ü
Baik
hati
Bukti dalam
novel: di dalam novel di jelaskan bahwa Udin memberikan informasi kepada Attar
dan Malik mengenai beasiswa yang diadakan oleh Majelis A’laa
9.
Tante
Attar
ü
Jahat
Bukti dalam
novel: “Yang tangannya bunting itu?” katanya dengan nada pedas.
10. Sulaiman
ü
Licik
Bukti dalam
novel: hati-hati dengan Sulaiman, dia adalah musang berbulu domba. Sudah
banyakk yang menjadi korbannya.
11. Ibu Attar
ü
Baik
dan kalem
Bukti dalam
novel: “Silakan diminum nak!” kata ibunya Attar mempersilahkan Zahra dan Aisyah
untuk mencicipi hidangan kecil yang disiapkannya. “Beginilah rumah kami, nak,
sempit dan kotor.”
5.
SETTING/LATAR
A. TEMPAT
1.
Rumah
Zahra
Bukti dalam
novel : Zahra sedang berada di rumah orang tuanya di Kelurahan Bila, antara
pusat Kota Watansoppeng dan Kelurahan Sewo
2.
Gedung
Pertemuan Masyarakat Soppeng
Bukti dalam
novel: Suatu hari di musim itu, Zahra dan Aisyah, sahabatnya, mendapat undangan
untuk menghadiri sebuah seminar yang diadakan oleh ikatan Alumni DDI (IADI),
Soppeng, yang bertempat di Gedung Pertemuan Masyarakat Soppeng.
3.
Panorama
“Akhirnya sampai
juga!” (pamorama).
4.
Pasar
Bukti dalam
novel: baru saja beberapa langkah melewati pintu gerbang pasar, tiba-tiba hujan
turun dengan lebat.
5.
Kawasan
pemandian air panas Ompo
Bukti dalam
novel: Beberapa saat kemudian, bendi berhenti di depan gerbang besar dan kokoh
bertuliskan: TAMAN PEMANDIAN ALAM OMPO
6.
Kelas
Zahra
Bukti dalam
novel: Aisyah menarik tangan Zahra menuju pintu kelas.
7.
Taman
Kota
Bukti dalam
novel: sesampainya di taman kota, sudah ada beberapa penjual mangkal di sana.
8.
Pelabuhan
Tanjung Priuk Jakarta
Bukti dalam
novel: tepat pukul sepuluh, Attar tiba dengan selamat di Pelabuhan Tanjung
Priuk Jakarta
9.
Pasar
Senen
Bukti dalam
novel: sepulang dari Taman Mini, mereka singgah jalan-jalan sebentar di Pasar
Senen
10. Kairo
Bukti dalam
novel: akhirnya, mereka benar-benar berada di Kairo.
11. Rumah Abdul Razaq (Abbas Aqqad)
Bukti dalam
novel: “saya ada di rumah, di Abbas Aqqad, anak baru itu sekarang ada di sini,”
jawab Razaq
12. Sekretariat KKS
Bukti dalam
novel: sampai ketika Attar dan Malik memasuki secretariat KKSbersama dengan
Sulaiman,…
13. Di dalam bus
Bukti dalam
novel: Attar terjepit diantara empat pemuda Mesir yang besar di dekat pintu
masuk bus bagian belakang
14. Depan warung Samir
Bukti dalam
novel: ia berhenti sejenak di depan warung Samir dan memeriksa baik-baik semua
celah kantongnya.
15. Pelataran Masjid al-Azhar
Bukti dalam
novel: ..,ia duduk bertafakkur di pelataran Masjid al-Azhar.
16. Makkah
Bukti dalam
novel: Zahra dan Ibunya pergi berhaji, dan mereka juga menuju kota Makkah
17. Kamar Sulaiman
Bukti dalam
novel: Udin bergegas ke kamar Sulaiman
18. Majelis A’laa
Bukti dalam
novel: Attar dan Malik menyerahkan berkas mereka untuk memperoleh beasiswa.
19. Kost Zahra
Bukti dalam
novel: Zahra duduk di samping jendela lantai atas rumah kostnya di Jalan Urip
Sumoharjo Gang I Makassar
20. Rumah Attar
Bukti dalam
novel: sesampai di rumah, Attar sudah menunggu mereka di lego-lego-nya dan mempersilahkan mereka masuk.
21. Masjid Haram
Bukti dalam
novel: pada saat seperti itu, Masji Haram sudah dipadati jamaah haji dari
berbagai negara
B. SUASANA
1.
Bahagia
Bukti dalam
novel: Zahra menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, senyum bahagia menghiasi
wajahnya
2.
Menyedihkan
Bukti dalam
novel: kata-kata itu bagaikan petir di telinga Zahra, dan hujan pun mulai
mengguyur matanya
3.
Mengharukan
Bukti dalam
novel: Zahra yang mendengar cerita Attar tak dapat membendung air matanya
C. WAKTU
1.
Pagi
hari
Bukti dalam
novel: cerahnya pagi itu tidak dapat disaksikan oleh Zahra, bahkan ketika air ciniddo sudah mongering pun Zahra belum
juga terjaga.
2.
Siang
hari
Bukti dalam
novel: Udin tiba-tiba datang, bunti ketukannya di pintu menandakan kalau dia
sedang buru-buru.
3.
Sore
hari
Bukti dalam
novel: pukul empat sore kurang beberapa menit, Zahra dan Aisyah berangkat ke
rumah Attar.
4.
Malam
hari
Bukti dalam
novel: Attar bangkit dan mengambil selembar sajadah yang tergantung di kursi,
dengan wudhu untuk shalat isya tadi, dia menghadapkan segenap jiwa raganya
kepada Sang Khaliq
6.
ALUR
Mundur, karena cerita tersebut
menceritakan semua kejadian yang sudah terjadi yang dialami oleh Fauzan Attar
7.
SUDUT PANDANG
Orang
ketiga
8.
GAYA BAHASA
Bahasa yang digunakan dalam novel tersebut
sangat mudah untuk dipahami dan tidak membuat bingung. Meskipun dalam novel
tersebut terdapat bahasa-bahasa lokal, namun itu tidak membuat pembaca menjadi
bingung.
9.
AMANAT
Cinta yang sesungguhnya bukan terletak pada
cinta kita kepada orang lain, terlebih kepada lawan jenis yang mendatangkan
kegembiraan sesaat. Namun, cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang
mendatangkan kegembiraan batin dan kekal, yaitu cinta kita kepada Sang Khaliq.
Kunjungan pertama ku pid
ReplyDeletebebasberekpresi.com
Jahat awakmu dzim.. hehe
Delete