Home » , » Analisis Novel Titian Nabi

Analisis Novel Titian Nabi

Written By Depid on Saturday, December 31, 2016 | 10:52 AM

Analisis Novel - Novel dengan judul Titian Nabi adalah novel karya Muhammad Masykur A. R. Said. Novel ini menurut saya sangat bagus sekali dan mempunyai amanat yang sangat bagus. Saat SMA dulu kebetulan ada tugas Analisis Novel, maka dari itu saya akan share Analisis Novel Titian Nabi karya Muhammad Masykur A. R. Said.





SINOPSIS
Karya Muhammad Masykur A. R. Said

Seorang anak perempuan, yang sangat taat kepada orang tuanya, serta kuat pendirian imannya. Dia adalah Zahratul Jamilah, yang biasa dipanggil Zahra. Meskipun dia mengalami cacat pada jarinya, dia adalah wanita yang sangat cantik. Usianya masih lima belas tahun.
Suatu ketika, saat Zahra mendatangi acara seminar yang diadakan oleh Ikatan Alumni DII (IADI), Soppeng, yang bertempat di Gedung Peetemuan Masyarakat Soppeng, di kawasan lapangan Gasis. Zahra tidak sendiri, dia di temani oleh temannya, sekaligus teman kepercayaan ibu Zahra, Nafisah, yang bernama Aisyah. Ketika seminar akan berlangsung, tiba-tiba muncullah seorang lelaki gagah. Dia adalah Fauzan Attar. Aisyah kemudian dengan segera berdiri dan memperkenalkan pemuda tersebut kepada Zahra. Fauzan Attar adalah satu-satunya pemuda Soppeng yang lolos seleksi beasiswa tahun ini untuk melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, sebagai utusan Departemen Agama.
Setelah seminar selesai, Aisyah mengajak Zahra untuk pergi ke Panorama. Aisyah mengajak Zahra kesana sebab Attar-lah yang meminta. Setelah sampai di Panorama, mereka ngobrol-ngobrol. Di sanalah, timbul perasaan cinta antara Zahra dan Attar. Saat pulang menuju rumah, hujan turun sangat deras. Zahra yang saat itu melewati sebuah pasar, karena terburu-buru pulang, dia lari sekencang-kencangnya. Hingga suatu ketika dia menabrak seorang perempuan, lalu dimakinya dia. Namun Zahra tetap tegar, dia segera meminta maaf kepada perempuan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Zahra dengan Attar semakin dekat. Hingga suatu ketika, secara tidak sengaja, di Taman Kota, tempat biasa Aisyah menulis cerita, mereka saling menerima cinta mereka satu sama lain. ini bermula dari surat Attar yang menyatakan cinta kepada Zahra, yang meminta Zahra untuk datang ke Taman Kota apabila dia menerima cinta dari Attar. Namun surat tersebut belum dibaca oleh Zahra, dan secara kebetulan, sore itu, Zahra pergi ke Taman Kota.
Setelah hari itu, kedua insan itu seperti di mabuk cinta. Hari-harinya terasa sangat menyenangkan. Hubungan mereka pun semakin dekat, hingga orang tua Zahrapun mengetahui hubungan mereka. Suatu ketika, Attar mengajak Zahra dan kedua temannya, yaitu Aisyah dan kakaknya Malik, ke suatu tempat rekreasi, yaitu Pemandian Ompo. Di sana mereka menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, hingga suatu ketika Attar meminta Zahra untuk duduk di sampingnya. Saat itu juga, Attar berkata bahwa dia akan segera berangkat ke Jakarta, dan kemudian ke Mesir untuk mengikuti studi di Universitas al-Azhar melalui beasiswa yang didapatnya.
Hari yang dinanti Attar tiba, yakni pergi ke Jakarta yang kemudian akan dilanjutkan pergi ke Mesir. Tak lupa, Attar berpamitan ke rumah Zahra. Selain Attar, ada seorang pemuda yang berangkat ke Mesir. Namun pemuda itu berangkat melalui jalur mandiri. Dia adalah Malik, kaka dari Aisyah yang sekaligus teman baik Attar.
Dalam menuju ke tanah impian, Mesir, Attar mengalami banyak rintangan. Rintangan terbesarnya adalah ketika dia sudah berada di Jakarta, Departemen Agama mencoret nama Attar dari data mahasiswa yang akan diberangkatkan ke Mesir melalui jalur beasiswa tersebut. Attar pun sangat kebingungan. Untungnya, salah satu temannya, Malik, adalah seorang teman yang baik. Dia kemudian membantu Attar agar tetap bisa berangkat ke Mesir. Akhirnya, dengan segala upaya yang telah dilakukan, hingga terjadi sebuah momen di Pasar Tanah Abang yang hamper saja melayangkan nyawa keduanya, mereka bisa berangkat juga ke Mesir. Dalam perjalanannya berangkat ke Mesir, mereka bertemu dengan Malik, orang Mesir yang banyak membantu keduanya saat akan berangkat serta saat mereka tiba di Mesir.
Saat di Mesir, Attar dan Malik mengalami banyak sekali rintangan. Bahkan rintangan-rintangan tersebut datang berturut-turut, hingga suatu ketika mereka berdua kehabisan bahan makanan, dan badan keduanya pun Nampak sangat kurus kerontang. Di sisi lain, Zahra yang ditinggal oleh Attar ke Mesir, menjadi anak yang suka melamun. Namun Zahra beruntung mempunyai teman dekat seperti Aisyah, karena Aisyah, Zahra kembali dapat memperbaiki pola hidupnya yang suka melamun tersebut semenjak ditinggal oleh Attar.
Bertahun-tahun Attar dan Zahra telah berpisah, hingga pada waktunya Attar pun pulang ke Indonesia kembali. Kedatangan Attar disambut gembira oleh keluarga besar Attar dan juga oleh kekasihnya, Zahra. Attar mendapatkan banyak pengalaman sepulang dari Mesir. Semua kejadian di Mesir yang Zahra tidak diberi tahuinya, akhirnhya Attar menceritakan kepada Zahra. Zahra hanya diam dan menjatuhkan peluh saat Attar menceritakan secara detail kisahnya di Mesir.
Suatu ketika, Attar singgah ke rumah Zahra, guna mencari restu dari ayah Zahra tentang hubungan cintanya dengan Zahra. Kedatangan Attar disambut dengan baik. Ayah Zahra pun menyetujui hubungan mereka. Beberapa hari berikutnya, saat giliran Zahra dan Aisyah singgah ke rumah Attar, ada masalah besar. Awalnya orang tua Attar menyambut kedatangan mereka dengan baik. Perbincangan mengenai hubungan Attar dan Zahrapun mendapatkan titik terang. Namun, tiba-tiba datang seorang wanita yang langsung membuat susasana menjadi memanas. Wanita tersebut adalah Tante Attar yang juga orang tua angkat Attar. Dialah orang yang membiayai semua pendidikan Attar. Alasan wanita tersebut menolak Attar dinikahkan dengan Zahra tak lain karena Zahra adalah wanita yang cacat, selain itu, wanita tersebut teringat kejadian di pasar saat hujan turun, ditabraknya dia oleh Zahra. Seketika, Zahra lari pulang ketika wanita itu memaki-maki Zahra. Perasaannya hancur. Attar pun merasa sangat bersalah. Dia kemudian memilih pergi dari rumah.
Setelah kejadian tersebut, Zahra tidak mau keluar dari kamarnya. Dia jarang sekali makan. Badannya lemah lunglai, serta diapun mudah sekali terjangkit penyakit. Di sisi lain, Attar memilih untuk pergi ke Palestina, menjadi seorang relawan asal Indonesia sebagai angkatan bersenjata di Palestina. Mereka terpisah sangat jauh. Zahra bahkan sudah tidak mau lagi mendengar kata-kata Fauzan Attar, meskipun dia masih menyimpan perasaan sayangnya kepada lelaki tersebut.
Hari demi hari telah berlalu. Hingga suatu ketika Zahra dan Ibunya memutuskan berangkat berhaji di Tanah Suci, Makkah, Sudi Arabia. Ketika itu kondisi Zahra lemas. Dia bagaikan bunga yang sudah layu. Namun pendiriannya kuat untuk berhaji. Akhirnya, Zahrapun berangkat juga berhaji ke Makkah. Di Makkah, kondisi Zahra sempat drop. Di sana dia bertemu dengan Malik, teman dekat Fauzan Attar. Kemudian Malik memberikan secarik kertas yang akan dia berikan kepada Zahra jika Attar sudah tidak menghubunginya (Malik) dalam kurun waktu 5 bulan. Zahra pun membuka surat tersebut dengan berat, dan ternyata isi surat tersebut wasiat dari Attar yang mengabarkan kalau dia sudah tiada. Spontan, Zahra menjerit seraya tidak percaya dengan kabar yang telah ada. Kondisinya semakin memburuk, dan pada akhirnya Zahra dinyatakan meninggal.
Sementara itu, ternyata Fauzan Attar masih hidup. Dia mendapatkan kabar semua tentang Zahra melalui temannya Malik, hingga kabar duka itu. Sebenarnya Attar saat itu tidak mengirim kabar kepada Malik dikarenakan Attar mengalami koma selama lima bulan karena terkena tembakan. Sekarang Attar telah menikah dengan Aisyah.

IDENTITAS BUKU

Ø  Judul Buku        : Titian Nabi
Ø  Pengarang          : Muhammad Masykur A. R. Said
Ø  Tahun Terbit      : 2011
Ø  Kota Terbit        : Jogjakarta
Ø  Tebal Buku        : 418 halaman


1.      TEMA
Kisah cinta antara dua insan ilahi yang mengikat cintanya dalam tiang agama, namun cinta itu seakan sirna ketika tidak adanya restu dari salah seorang wanita dalam keluarganya.

2.      TOKOH
A.    PERAN
ü  Tokoh Utama
1.      Zahratul Jamilah (Zahra)
2.      Fauzan Attar
ü  Tokoh Pendukung
1.      Aisyah
2.      Nafisah (Ibu Zahra)
3.      Ayah Zahra (Mallawang)
4.      Malik
5.      Tante Attar
6.      Ibu Attar
7.      Sulaiman
8.      Khalid
9.      Udin
10.  Abdul Razak

B.     KARAKTER
ü  Protagonis
1.      Zahratul Jamilah
2.      Fauzan Attar
3.      Aisyah
4.      Nafisah (Ibu Zahra)
5.      Ayah Zahra (Mallawang)
6.      Malik
7.      Ibu Attar
8.      Khalid
9.      Udin
ü  Antagonis
1.      Tante Attar
2.      Sulaiman

3.      PENOKOHAN
1.      Zahra         : Wanita yang tegar dan sholihah
2.      Attar          : Lelaki bijaksana, pintar, dan sholeh
3.      Aisyah       : Wanita yang setia kepada temannya
4.      Malik         : Lelaki yang setia kepada temannya
5.      Nafisah      : Ibu yang sabar
6.      Mallawang            : Bapak yang sabar
7.      Khalid       : Ringan tangan
8.      Udin          : Ringan tangan
9.      Tante         : Menangan sendiri
10.  Sulaiman   : Pemalas, pembohong
11.  Ibu Attar   : Orang yang lemah lembut

4.      WATAK
1.      Zahra
ü  Pemalu
Bukti dalam novel: Zahra menjadi salah tingkah karenanya, apalagi ketika bola mata Zahra menyentuh bola mata pemuda tersebut.
ü  Perhatian
Bukti dalam novel: Zahra sering sekali mengirim surat kepada Attar, dan dia selalu menghimbau Attar untuk selalu menjaga kesehatannya.
ü  Shalih
Bukti dalam novel: dia selalu berdoa, agar dijauhkan dari dosa-dosa kecil yang dapat menodai perasaannya,…
ü  Penyayang
Bukti dalam novel: ..dengan gembira sambil mencium pipi ibunya dengan lembut.
2.      Attar
ü  Pintar
Bukti dalam novel: dia adalah seorang pemuda Soppeng yang lolos seleksi beasiswa tahun ini untuk berangkat melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir
ü  Pantang menyerah
Bikti dalam novel: Walaupun dalam kondisi yang serba kekurangan di Kairo, Attar terus berjuang untuk tetap bisa bertahan hidup guna menuntut ilmu di Universitas al-Azhar
ü  Sholeh
Bukti dalam novel: setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, dia lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi, berdoa dengan khusyuk kepada Allah.
3.      Aisyah
ü  Setia Kawan
Bukti dalam novel: Aisyah selalu ada di saat Zahra sedang mendapatkan masalah
ü  Baik
Bukti dalam novel: …jadi jalan satu-satunya apabila ibunya rindu kepada Zahra, menelepon lewat Aisyah
ü  Dapat dipercaya
Bukti dalam novel: jika Zahra ingin pergi ke suatu tempat yang jauh, sang ibu terkadang melarang. Tapi, jika bersama Aisyah, Nafisah selalu membolehkannya,..
ü  Ramah
Bukti dalam novel: Aisyah lalu berdiri memperkenalkan pemuda tersebut sebagai Fauzan Attar.
4.      Malik
ü  Penuh perhitungan
Bukti dalam novel: Malik sudah memperhitungkan lelaki di hadapannya, tinggi dan jangkauan tangannya pun sudah Malik ukur.
ü  Baik hati, suka menolong, dan setia kawan
Bukti dalam novel: Dia percaya dengan sebuah persahabatan, dan keyakinannya bertambah kuat lagi setelah menyaksikan ketulusan Malik di depan matanya. “Terimakasih, kamu sahabat yang tiada duanya,”
5.      Nafisah
ü  Perhatian
Bukti dalam novel: “Kalau begitu, hati-hati di jalan ya nak! Belajarlah agar kepulanganmu nanti membawa hasil.”
6.      Ayah Zahra (Mallawang)
ü  Perhatian
Bukti dalam novel: Mallawang sudah pergi mencari dokter setelah terlebih dahulu menghubungi Ustadz Muzakkir
ü  Baik dan lembut
Bukti dalam novel: Mallawang hanya tersenyum sambil mengelus lembut kepala Zahra dan mencium keningnya..
7.      Khalid
ü  Baik hati
Bukti dalam novel: Khalid menyimak kisah Attar dengan wajah penuh rasa iba. Sesekali dia mengucapkan kalimat simpati. Setelah Attar mengakhiri kisahnya, dia lalu berkata, “Saya akan membantu kalian, dan saya wajib melakukannya.”
8.      Udin
ü  Baik hati
Bukti dalam novel: di dalam novel di jelaskan bahwa Udin memberikan informasi kepada Attar dan Malik mengenai beasiswa yang diadakan oleh Majelis A’laa
9.      Tante Attar
ü  Jahat
Bukti dalam novel: “Yang tangannya bunting itu?” katanya dengan nada pedas.
10.  Sulaiman
ü  Licik
Bukti dalam novel: hati-hati dengan Sulaiman, dia adalah musang berbulu domba. Sudah banyakk yang menjadi korbannya.
11.  Ibu Attar
ü  Baik dan kalem
Bukti dalam novel: “Silakan diminum nak!” kata ibunya Attar mempersilahkan Zahra dan Aisyah untuk mencicipi hidangan kecil yang disiapkannya. “Beginilah rumah kami, nak, sempit dan kotor.”

5.      SETTING/LATAR
A.    TEMPAT
1.      Rumah Zahra
Bukti dalam novel : Zahra sedang berada di rumah orang tuanya di Kelurahan Bila, antara pusat Kota Watansoppeng dan Kelurahan Sewo
2.      Gedung Pertemuan Masyarakat Soppeng
Bukti dalam novel: Suatu hari di musim itu, Zahra dan Aisyah, sahabatnya, mendapat undangan untuk menghadiri sebuah seminar yang diadakan oleh ikatan Alumni DDI (IADI), Soppeng, yang bertempat di Gedung Pertemuan Masyarakat Soppeng.
3.      Panorama
“Akhirnya sampai juga!” (pamorama).
4.      Pasar
Bukti dalam novel: baru saja beberapa langkah melewati pintu gerbang pasar, tiba-tiba hujan turun dengan lebat.
5.      Kawasan pemandian air panas Ompo
Bukti dalam novel: Beberapa saat kemudian, bendi berhenti di depan gerbang besar dan kokoh bertuliskan: TAMAN PEMANDIAN ALAM OMPO
6.      Kelas Zahra
Bukti dalam novel: Aisyah menarik tangan Zahra menuju pintu kelas.
7.      Taman Kota
Bukti dalam novel: sesampainya di taman kota, sudah ada beberapa penjual mangkal di sana.
8.      Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta
Bukti dalam novel: tepat pukul sepuluh, Attar tiba dengan selamat di Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta
9.      Pasar Senen
Bukti dalam novel: sepulang dari Taman Mini, mereka singgah jalan-jalan sebentar di Pasar Senen
10.  Kairo
Bukti dalam novel: akhirnya, mereka benar-benar berada di Kairo.
11.  Rumah Abdul Razaq (Abbas Aqqad)
Bukti dalam novel: “saya ada di rumah, di Abbas Aqqad, anak baru itu sekarang ada di sini,” jawab Razaq
12.  Sekretariat KKS
Bukti dalam novel: sampai ketika Attar dan Malik memasuki secretariat KKSbersama dengan Sulaiman,…
13.  Di dalam bus
Bukti dalam novel: Attar terjepit diantara empat pemuda Mesir yang besar di dekat pintu masuk bus bagian belakang
14.  Depan warung Samir
Bukti dalam novel: ia berhenti sejenak di depan warung Samir dan memeriksa baik-baik semua celah kantongnya.
15.  Pelataran Masjid al-Azhar
Bukti dalam novel: ..,ia duduk bertafakkur di pelataran Masjid al-Azhar.
16.  Makkah
Bukti dalam novel: Zahra dan Ibunya pergi berhaji, dan mereka juga menuju kota Makkah
17.  Kamar Sulaiman
Bukti dalam novel: Udin bergegas ke kamar Sulaiman
18.  Majelis A’laa
Bukti dalam novel: Attar dan Malik menyerahkan berkas mereka untuk memperoleh beasiswa.
19.  Kost Zahra
Bukti dalam novel: Zahra duduk di samping jendela lantai atas rumah kostnya di Jalan Urip Sumoharjo Gang I Makassar
20.  Rumah Attar
Bukti dalam novel: sesampai di rumah, Attar sudah menunggu mereka di lego-lego-nya dan mempersilahkan mereka masuk.
21.  Masjid Haram
Bukti dalam novel: pada saat seperti itu, Masji Haram sudah dipadati jamaah haji dari berbagai negara
B.     SUASANA
1.      Bahagia
Bukti dalam novel: Zahra menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, senyum bahagia menghiasi wajahnya
2.      Menyedihkan
Bukti dalam novel: kata-kata itu bagaikan petir di telinga Zahra, dan hujan pun mulai mengguyur matanya
3.      Mengharukan
Bukti dalam novel: Zahra yang mendengar cerita Attar tak dapat membendung air matanya
C.    WAKTU
1.      Pagi hari
Bukti dalam novel: cerahnya pagi itu tidak dapat disaksikan oleh Zahra, bahkan ketika air ciniddo sudah mongering pun Zahra belum juga terjaga.
2.      Siang hari
Bukti dalam novel: Udin tiba-tiba datang, bunti ketukannya di pintu menandakan kalau dia sedang buru-buru.
3.      Sore hari
Bukti dalam novel: pukul empat sore kurang beberapa menit, Zahra dan Aisyah berangkat ke rumah Attar.
4.      Malam hari
Bukti dalam novel: Attar bangkit dan mengambil selembar sajadah yang tergantung di kursi, dengan wudhu untuk shalat isya tadi, dia menghadapkan segenap jiwa raganya kepada Sang Khaliq

6.      ALUR
Mundur, karena cerita tersebut menceritakan semua kejadian yang sudah terjadi yang dialami oleh Fauzan Attar

7.      SUDUT PANDANG
Orang ketiga
  
8.      GAYA BAHASA
Bahasa yang digunakan dalam novel tersebut sangat mudah untuk dipahami dan tidak membuat bingung. Meskipun dalam novel tersebut terdapat bahasa-bahasa lokal, namun itu tidak membuat pembaca menjadi bingung.

9.      AMANAT
Cinta yang sesungguhnya bukan terletak pada cinta kita kepada orang lain, terlebih kepada lawan jenis yang mendatangkan kegembiraan sesaat. Namun, cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang mendatangkan kegembiraan batin dan kekal, yaitu cinta kita kepada Sang Khaliq. 

2 comments:

Jika ada yang masih kurang jelas, silahkan untuk bertanya pada kolom komentar di atas atau dengan menghubungi saya di halaman kontak.

1. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi komentar.
2. Semua komentar dengan menambahkan link akan dihapus dan tidak ditindaklanjuti

close